Laporan Wartawan Desi Purnamasari SERANG - Bank Indonesia BI Banten akan membuka layanan kas keliling untuk penukaran uang rupiah baru untuk masa Lebaran 2022. Selain itu, BI membuka layanan penukaran uang secara online melalui aplikasi Pintar. Kepala KPw BI Provinsi Banten, Imaduddin Sahabat, mengatakan masyarakat bisa memesan dulu jumlah uang yang ingin ditukarkan lewat aplikasi Pintar. Baca juga Tukar Uang di Pinggir Jalan Jelang Lebaran, Boleh atau Tidak? Ini Penjelasan Bank Indonesia "Alhamdulillah KPw BI Provinsi Banten telah membuka pelayanan aplikasi Pintar dalam proses penukaran uang tunai pada Ramadan ini," ujarnya di kantor BI Provinsi Banten, Kamis 31/3/2022. Hal ini dalam rangka mempermudah dalam digitalisasi keuangan untuk masyarakat Banten. Ini lokasi dan jadwal kas keliling penukaran uang di Banten yang dilayani BI Banten 6, 14 dan 25 April 2022 Alun-Alun Serang 7,18 dan 28 April 2022 Alun-Alun Cilegon 11 April 2022 Alun-Alun Pandeglang 13 April 2022 Pemprov KP3B 20 April 2022 Instansi Kejaksaan dan BPJS 21 April 2022 Alun-alun Pandeglang Penukaran uang dilakukan pada pukul Penukar wajib melakukan pesanan pada aplikasi Pintar maksimal H-1 hari kedatangan pukul 2200 yang dapat diakses pada Berikut penukaran uang baru maksimal 1 pack untuk setiap pecahan per orang. Baca juga BCA Sudah Siapkan Uang Tunai Sebesar Rp 58,12 Triliun untuk Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran 1 pack Rp Rp 2 juta 1 pack Rp Rp 1 juta 1 pack Rp Rp 500 ribu 1 pack Rp Rp 200 ribu 1 pack Rp Rp 100 ribu
Halitu membuat Gus Samsudin murka dan marah akibat dampak peserteruan dengan Pesulap Merah. Lantaran, saat ini Gus Samsudin sering dicap dan dituduh sebagai penipu. Oleh sebab itu, Gus Samsudin tak segan akan melaporakan setiap orang yang menyebut dirinya penipu. Baca juga: Profil Marcel Radhival si Pesulap Merah, Musuh Dukun Abal-abal yang
Oleh Chudori Sukra Penulis Pengasuh Ponpes Riyadlul Fikar, Jawilan, Serang Dulu ketika saya belajar Alquran mengaji pada seorang ustadz di kampung, saya mengenal nama-nama surat yang berbeda dengan teks-teks Alquran, misalnya surat al-Ikhlas diberi nama surat Qulhu, surat al-Alaq diberi nama surat Iqra, surat al-Kafirun diberi nama surat Qulya, dan seterusnya. Saya belajar ngaji bersama teman-teman yang memiliki nama-nama unik, seperti Topa, Duloh, Acim, Pengki, Sangsang dan beberapa teman lainnya. Baru belakangan saya tahu bahwa Topa, Duloh dan Acim itu, asal katanya adalah Mustofa, Abdullah dan Hasyim. Sedangkan nama Pengki dan Sangsang, konon sering sakit-sakitan di masa balita, sehingga nama aslinya diganti oleh orang tua mereka, yang semula Dulmajit asal katanya Abdul Majid dan Duki asal katanya Masduki. Guru ngaji kami memiliki Alquran dengan kertas kuning yang sudah lusuh, bertulisan kaligrafi Arab yang besar-besar, tanpa terjemahan. Tiap habis magrib saya belajar ngaji bersama teman-teman, membaca satu ayat ke ayat lain tanpa pernah diberitahu apa maknanya dan apa penafsirannya. Kami hanya diajarkan syarat minimal bahwa anak seusia kami harus sudah bisa membaca Alquran tentang makharijul huruf, meski saya sebagai anak berdarah campuran Sunda dan Jawa Banten agak sulit mengeja huruf fa’ ketimbang pa’, serta kesulitan membedakan huruf dal besar, dal kecil, dza, dlad dan seterusnya. Yang penting – bagi orang tua saya – syarat minimal itu sudah bisa dikuasai oleh anak-anak usia tujuh tahun, seperti bisa membaca lafadz Alquran, menghafal bacaan solat, serta belajar berpuasa di bulan Ramadan. Tapi, meskipun sudah bisa solat dan puasa, kami pun harus jujur mengakui bahwa kategori “Islam kaffah” masih menjadi pertanyaan dan teka-teki yang menyelimuti benak saya hingga usia remaja dan dewasa. Pasalnya, ketergantungan masyarakat yang tetap bertahan selama puluhan tahun untuk menyembuhkan anaknya yang sakit, dengan mendatangi seorang dukun orang pintar, juga mempercayai kepastian nasibnya di masa depan, pada sang dukun tersebut. Sementara itu, para orang tua juga masih suka menempel mantra-mantra sakti di depan pintu sebagai penolak bala pengusir setan dalam bahasa antah barantah, bercampur Arab, Jawa kawi dan Sunda. Selebaran kecil itu dibeli dari orang pintar yang memiliki pamor tersendiri di kampung kami. Dan para orang tua mempercayainya begitu saja, sebab tanpa orang pintar tersebut seakan-akan kampung kami akan kehilangan pamor sama sekali. Ketika kami duduk di bangku tsanawiyah setingkat SMP, dan mulai mengenal bahasa Arab, kami semakin memahami betapa lucunya para orang tua kami memberi nama anak-anaknya selama ini, baik di kampung kami maupun di perkampungan lainnya di Banten ini. Coba bayangkan nama-nama berikut ini Teh Ipah asal katanya Syarifah’, Mang Mamat asal katanya Muhammad’, Bi Encop asal katanya Sofiyah’, Bang Udin asal katanya Bahrudin’. Lebih ironis lagi, tukang gorengan keliling bernama Teh Hawiyah, juga tukang parkir di prapatan yang dipanggil Mang Dolim. Kenapa orang tua mereka tidak paham bahwa kedua nama terakhir itu berkonotasi negatif, sebab mengandung arti orang jahat’ dan ahli neraka’. Penyebab dari semua itu adalah pemahaman agama yang bersifat tekstual yang menjadi anutan mereka. Pada masa itu kami sebagai anak-anak yang beranjak dewasa semakin menyadari cara keberagamaan orang tua kami yang hilir-mudik dan campur aduk. Nama-nama yang dicomot dari kebudayaan lisan, tanpa sikap kritis atau gugatan apapun dari masyarakat kami. Nama-nama yang sepertinya dipungut secara spontan karena alusi bunyi kepada kata tertentu yang seakan menarik untuk didengar. Meski di kemudian hari, saya memahami bahwa ajaran agama mementingkan nama-nama baik yang mengandung unsur motivasi, harapan dan cita-cita luhur bagi sang pemilik nama tersebut. Di samping pemahaman yang bersifat tekstual, problem lainnya karena para orang tua kami tidak memahami bahasa Arab dengan baik. Kami sebagai generasi yang mewarisi peradaban mereka, meskipun diajarkan mengaji setiap habis magrib, tapi tak pernah dibimbing dan diarahkan untuk memahami bahasa Arab dengan baik, terlebih memahami kalimat demi kalimat dari teks-teks Alquran yang kami bacakan. Saya sendiri telah belajar ngaji selama puluhan tahun, bahkan seperti umumnya teman-teman sepantaran, kami sudah hafal surat-surat dalam Juz Amma yang sering dibacakan imam setiap solat berjamaah. Tapi kami tak pernah tahu maknanya. Hingga kemudian kami tak perlu merasa heran mengapa ada warga kampung kami yang memiliki nama Dolim’ atau Hawiyah’, dan sampai detik ini mereka tetap menyandang nama tersebut, juga merasa tak perlu untuk menggantinya. Ketika tren budaya Barat Amerika merambah negeri ini sejak tahun 1980-an, kemudian disiarkan secara sentral melalui layar televisi swasta sejak tahun 1990-an, karuan saja para orang yang berpandangan kolot dan ortodoks itu, mudah terpengaruh oleh peradaban baru yang dianggap maju dan modern. Mereka seakan memilih alternatif lain dari jenis peradaban antah barantah yang bersifat tekstual dan tanpa makna itu. Jadilah nama-nama baru bermunculan, misalnya Poppy Ratnasari, Tubagus Heri Setiawan, Edi Sofyadi, Ratu Novia Rista, Laura Irawaty, Divani Aisyahara, Ajip Toni Rosidi dan seterusnya. Peradaban baru yang muncul itu dikunyah mentah-mentah tanpa sikap kritis dari generasi orang tua kami. Peradaban modern yang kelak disebut liberalisme dunia bebas itu telah menjadi anutan anak-cucu mereka. Semula mereka menganggap bahwa peradaban baru itu adalah jalan alternatif yang menjanjikan masa depan kami. Namun kemudian, mereka menyadari bahwa peradaban itu bukan sesuatu yang bergerak secara alamiah, tetapi merupakan bagian dari grand scenario perang dingin untuk mempertahankan kekuasaan kapitalistik dari negeri-negeri industri maju. Lalu, sampailah kepada suatu kesadaran baru tentang siapakah yang diuntungkan dari maraknya sistem kapitalisme liberal di masa Orde Baru, di saat para orang tua membebaskan anak-anak mereka untuk menganut sistem tersebut? Faktanya, 32 tahun kekuasaan Orde Baru dengan gradasi macam-macam dalam posisi kaum konservatif dan status-quo, selalu saja bertahan dengan memanfaatkan ketidakadilan sebagai motor penggeraknya, di mana rakyat Banten yang tertinggal, selalu menjadi korban landasannya. Belum lagi problem kemiskinan global yang bergantung pada konvergensi yang bergerak antara raksasa kapital kekuasaan bisnis besar, dunia pengusaha politik dan birokrasinya. Terutama seluruh komplek industri militer yang berkongsi dengan para pakar sains dan teknologi, serta segala perangkat laskar-laskar pelayanan yang diperlukan. Di awal abad 21 ini dunia iptek sudah menjadi raksasa-raksasa yang kecenderungannya berjalan dengan kedaulatan dan hukum-hukum raksasa itu sendiri. Pada akhirnya, prediksi kebudayaan yang dilontarkan bapak bangsa Soekarno menunjukkan pembuktiannya, bahwa kehormatan dan martabat manusia yang hidup di dunia ketiga negeri miskin cenderung didikte oleh dunia industri dan bisnis, dengan segala perangkat iptek di belakangnya. Terlebih dunia iptek yang mengabdi pada industri perang dan militer, sangat memperkuat dugaan, yang berkembang menjadi tuduhan, bahwa dalam praktiknya, iptek tidaklah netral akan tetapi lebih mengabdi kepada para pengusaha ekonomi, politik, sosial dan kultural. Setelah sekian puluh tahun, saya semakin memahami bahwa para sahabat kami sesama kelahiran Banten, seperti Topa, Duloh, Acim, Pengki, Sangsang, Ipah, Encop, Mamat, Udin dan seterusnya, tak lain merupakan corak dari masyarakat marjinal, lebih tepatnya mereka telah dimarjinalkan oleh sistem dan keadaan. Kini yang diperlukan oleh masyarakat Banten adalah semangat dan rasa percaya diri, bahwa apapun dampak positif dan negatifnya, sebagai umat beriman dan beragama, kita perlu memanfaatkan perangkat iptek tersebut demi untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Adapun perkara rizki bagi orang-orang bertaqwa, percayalah, bahwa Allah Yang Maha Kaya pasti menjamin pemenuhan rizki bagi setiap hamba-hamba-Nya, baik yang bersumber dari darat, laut maupun udara. Insya Allah… *
Memilihjurusan kuliah bagi siswa-siswi yang akan lulus jenjang SMA, SMK, MA, atau MAK bukanlah perkara mudah. Hal inilah yang menjadi alasan Guru Pintar harus turun tangan memberikan bimbingan dan pendampingan kepada mereka supaya dapat memilih jurusan kuliah yang tepat. Jangan sampai siswa-siswi yang sudah memiliki potensi luar biasa ini mengalami kegagalan di masa depan hanya
Menjadiwisudawan terbaik merupakan salah satu hadiah terbaik yang layak diapresiasi
Sejumlahorang antre mengular demi mendapatkan giliran untuk menukar uang di Mobil Kas Keliling Pintar BI Banten, Senin (18/4/2022). Laporan Wartawan TribunBanten.com, Sopian Sauri TRIBUNBANTEN.COM, KOTA CILEGON - Memasuki pertengahan bulan Suci Ramadan, sejumlah masyarakat Kota Cilegon antusias menukar uang pecahan baru, di Mobil Kas Keliling
Paranormaldan "Orang Pintar" Haram Hukumnya. Bagikan: WhatsApp Facebook. Hidayatullah.com- Majelis Fatwa Mathla`ul Anwar dalam Muktamar ke-13 di Serang, Banten, Ahad (18/7) malam, mengeluarkan fatwa menyangkut bidang spiritual, paranormal, tayangan mistis dan nikah siri. Segala bentuk praktik perdukunan ( kahanah) dan "orang pintar
Jakarta- . Korban pemotongan bantuan dana Program Indonesia Pintar di SDN Lebak 2, Kabupaten Serang, Banten, mencapai 61 orang.Mantan kepala SD tersebut berjanji akan mengembalikan kerugian yang
Orangpintar cenderung memiliki pendiriannya sendiri. Mereka berbeda dari orang lainnya dalam hal menampilkan diri kepada dunia. Mereka tidak merasa perlu untuk menunjukkan bakat mereka di depan orang lain. Komunitas di Banten Tancap Gas. 03 Agustus 2022 10:30 . Jelang Pemilu 2024, Habib Rizieq Masih Punya Pengaruh Politik. 03 Agustus
alamatorang pintar di serang banten Alamat Dukun di Pandeglang April 18th 2018 | Dukun. Alamat Dukun di Pandeglang Alamat Dukun di Pandeglang Alamat Dukun di Pandeglang - Keuangan, asmara, jodoh, bisnis, karier maupun. Dukun Pelet di Serang Banten April 11th 2018 | Dukun
Menulisdi beberapa media lokal di Banten, Sumatera Barat, dan Madura. Humaniora . Nasib Anak Bangsa Kita (Dibuang di Negeri Sendiri, Dipakai di Negeri Orang) 23 Agustus 2016 10:42 Diperbarui: 23 Agustus 2016 11:00 312 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Bahwa orang pintar di negeri ini belum tentu bernasib baik
KorbanPemotongan Dana PIP SD di Serang 61 Orang. Korban pemotongan bantuan dana Program Indonesia Pintar (PIP) di SDN Lebak 2, Kabupaten Serang, Banten, mencapai 61 orang. detikNews Rabu, 15 Jun 2022 17:06 WIB Wali Murid Keluhkan Dana PIP Dipotong, Kepsek SD di Serang Buka Suara.
Hzkm3ac. 2qilef0hbg.pages.dev/6822qilef0hbg.pages.dev/5122qilef0hbg.pages.dev/9862qilef0hbg.pages.dev/5832qilef0hbg.pages.dev/2332qilef0hbg.pages.dev/5702qilef0hbg.pages.dev/452qilef0hbg.pages.dev/560
orang pintar di banten